IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG
BALI DAN KEUNIKANNYA SELAYANG PANDANG.
OM SWASTIASTU, OM AWIGNAMASTU NAMOSIDAH.
Semakin hari semakin banyak yang bertanya di ruang ini, setelah disimpulkan dari semua pertanyaan yang telah lalu, disamping semakin hari Bali semakin banyak dikunjungi sebagai objek wisata, dan tidak terlepas pula Bali semakin banyak mendapat cobaan dan godaan, serta tidak dipungkiri pula Bali sering mendapat kritik, maka terpanggil keinginan saya untuk menulis dan mengambil judul; " BALI DAN KEUNIKANNYA SELAYANG PANDANG ". Dengan harapan kita memiliki sepintas pengetahuan tentang Bali, selanjutnya kita semakin mencintai Bali.
Saya sadar bahwa diri saya belum tau Bali secara menyeluruh, namun tidak ada salahnya saya menulis disini sebagai sarana bertukar pikiran dan bertukar pandangan dengan teman-teman dan saudara yang seide dengan saya.
1. BALI DALAM GAMBARAN UMUM.
Bali adalah salah satu pulau yang sangat diminati oleh para wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan manca negara. Sehingga Bali seolah - olah sudah seperti kampung internasional. Oleh karena itu Bali tidak pernah sepi, kecuali hari NYEPI. Bila demikian keadaan Bali maka sudah pasti akan terjadi pergeseran-pergeseran di segala asfek, baik bergeser kearah positif maupun bergeser ke arah negatif, semuanya itu akan mungkin terjadi. Disinilah perlunya ada pemahaman tentang Bali yang mana pemahaman tersebut dapat menjadi daya tahan untuk tetap utuhnya Bali dalam arti yang luas, sehimgga anak cucu kita dikemudian hari dapat pula menikmati Bali yang bersinar. Bukan saja orang Bali yang harus memahami Bali, namun semua pihak harus memahami Bali, terutama dari pihak PEMERINTAH, yang memegang kebijakan yuridis formal.
Melalui media ini dan melalui tulisan ini saya mengajak semua pihak untuk mulai memahami Bali, mencintai Bali, mengayomi Bali, melindungi Bali, dan memelihara Bali. Agar Bali tidak lenyap di masa kita hidup (digenerasi kita), alangkah ruginya leluhur kita yang kita agung-agungkan setiap hari memilki generasi yang tidak mampu melestarikan warisannya. Bagaimana tangisnya keturunan kita nanti yang mungkin hanya dapat menikmati Bali hanya dalam cerita dan gambar belaka.
1.2. PULAU BALI.
Menguraikan tentang keberadaan pulau Bali secara teritorial tidak akan dijelaskan secara detail, sebab sebagian besar kita sudah dapat membayangkannya. Seperti kita sudah ketahui bersama bahwa negara Indonesia yang kita cintai ini terdiri dari beribu-ribu pulau kecil dan besar, berderet dari Kota Sabang sampai ke kota Merauke. Ada segugus deretan pulau-pulau yang disebut Nusatenggara, pulau yang paling barat dari kepulauan Nusatenggara ITULAH PULAU BALI YANG KITA CINTAI DAN KITA AKAN CERITAKAN BERSAMA.
Pulau Bali diapait oleh dua pulau yaitu disebelah baratnya pulau Jawa, dan disebelah Timurnya pulau lombok, desela oleh selat Bali dan selat Lombok. Pulau yang kecil ini banyak menyimpan keunikan yang mungkin di tempat lain jarang ditemui, seperti pulau sekecil ini memiliki tiga cuaca; cuaca panas (di Kubu Karangasem dan di Bukit Jimbaran), cuaca dingin (di Kintamani dan Bedugul). Selain tempat tadi cuacanya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Jadi si kecil punya tiga cuaca.
Yang tidak kalah uniknya lagi pulau Bali punya tiga gunung berapi; Gung Agung (aktif), Gunung Batur (masih aktif), dan Gunung Batukaru (tidak aftif) dan memiliki danau besar-besar kalau tidak salah 4 danau; danau batur, danau buyan, danau tamblingan, dan danau bratan.
Pulau Bali dibelah menjadi dua dataran oleh barisan bukit dan gunung, yaitu; di bagian Utara, dan bagian selatan. Ada satu keunikan antara dua daerah dataran ini yaitu; mata anginnya bila di daerah Buleleng Kaja itu Selatan, dan Kelod itu Utara, namun di bagian selatan, Kaja itu Utara, dan Kelod itu Selatan. Kenapa bisa begitu? Untuk mejawabnya perlu adanya penelitian. Dengan penataan yang amat apik dari para leluhur orang Bali di jaman dahulu, maka alam Bali kelihatan sangat indah dan menarik serta berjiwa.
Satu hal perlu saya tulis disini adalah pengalaman pribadi saya yang ada kaitannya dengan Bali yaitu; Setiap saya keluar pulau Bali, apakah itu menggunakan mobil, pesawat, nanti sekembalinya saya dari luar begitu kendaraan saya memasuki pulau Bali perasaan saya seketika berubah menjadi sangat bahagia, sebab pulau Bali seakan-akan menyambut saya denga ucapan Om Swastiastu. Pantes pulau Bali disebut dengan istilah pulau BAWAMAURIP (BERENERGI DAN HIDUP). Terutama kalau kita melihat dari udara kelihatan hamparan sawah-sawah layaknya seperti tangga-tangga menuju ke sorga.
Tetapi jangan lupa pulau Bali adalah pulau yang sangat miskin dengan barang (hasil) tambang, sehingga kita tidak mengenal batubara, mas, nekel, gas, minyak bumi dll. dari hasil tambang di Bali. Walupun demikian ada satu pertanyaan; Kenapa Bali sangat diminati, dan memiliki daya tarik tersendiri?
Penduduk Bali mayoritas memeluk agama Hindu dari jaman dahulu sampai sekarang, keunikannya adalah di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam, namun bali yang kecil itu tetep memeluk agama leluhurnya dari jaman ke jaman sampai kini. Walupun runtuhnya kerajaan Mojopahit yang nota bena kerajaan Hindu terbesar di Nusantara, namun orang-orang Bali tetep setia memeluk agama leluhurnya.
Demikianlah sekilas tentang Pulau Bali yang saya dapat kemukakan disini, mungkin masih banyak yang belum terjangkau disini, itu adalah tugas saudara untuk selanjutnya.
1.3. BEBERAPA TOKOH PENTING YANG MEMBANGUN BALI
Berbicara tentang tokoh disini yang dimaksud adalah tokoh spritual, tokoh agama, tokoh rokhaniawan, yang memiliki andil membangun atau menata Bali sehingga menjadi pulau yang tertata rapi. Sebenarnya banyak sekali tokoh seperti tersebut di atas yang mempunyai andil dari jaman dahulu, namun disini akan saya tulis tiga tokoh saja, sebab tiga tokoh inilah yang paling menonjol perannya menurut pandangan saya sendiri. Kalau pembaca nanti mengetahui ada tokoh penting lagi selain ini, nanti pada kesempatan yang alin kita bicarakan.
Adapun tokoh-tokoh tersebut adalah;
I.Ida Rsi Markendya.
Beliau adalah seorang tokoh Hindu beraliran Siwa, menurut cerita orang Beliu berasal dari India Selatan. Waktu saya datang ke sana, saya coba berkonsultasi dengan teman saya di sana tentang Beliau, ternyata nama Rsi Markendia juga sangat di kenal disana berasal dari sana, namun sebutannya Rsi Markende, sebab masyarakat India didalam menyebutkan suku kata vokal terakhir biasanya tidak disebutkan ( India disebut Indi, Utara Pradesa disebut Utar Prades).
Beliau inilah yang datang ke bali menata Bali dengan menanam Panca Datu di Pura Besakih ( Pura terbesar di Bali), dan Beliau pula menata sistim kemasyarakatan yang sekarang ada kita warisi berupa banjar, desa pakraman, (baca buku perjalanan Beliau).
Jadi Ida Rsi Markendya merupakan tokoh yang sangat penting kita harus ketahui dan kita sucikan serta kita hormati. Peninggalan Beliau sekarang banyak ada di Bali salah satunya adalah; Pura Gunung Lebah di Campuhan Ubud Gianyar, Pura Gunung Raung di Desa Taro, Payangan, Gianyar. sistem subak, banyak lagi jasa-jasa Beliau di Bali yang ada kaitannya dengan pembangunan fisik dan pembangunan moral.
II. Ida Mpu Kuturan.
Setelah Ida Rsi Markendya Moksah, maka selanjutnya sejalan dengan perjalanan sejarah, maka datanglah Ida Mpu Kururan ke Bali. Kedatangan Beliau ke Bali melanjutkan dan memperkaya konsep yang telah di bangun sebelumnya oleh tokoh terdahulu (Ida Rsi Markendya), misalnya kedatangan Mpu Kuturan ke Bali menambah konsep Merajan (Rong Tiga/kemulan), adanya pura kahyangan tiga di setiap desa adat. Dan menambah dengan konsep pelinggih berupa meru. Banyak lagi. Yang paling penting adalah jasa Beliau Mpu Kuturan menyatukan sekta-sekta yang ada di bali menjadi satu kesatuan berupa Agama di Bali yang kita warisi sampai sekarang. Peninggal itu ada berupa pura besar yaitu Pura Samuan Tiga, di Desa bedulu,Kecamatan Balahbatuh, Gianyar. Demikian saya tulis secara singkat perjalanan Beliau.
III. Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh.
Beliau juga sangat terkenal dengan panggilan Ida Dang Hyang Dwijendra. (mengenai Tokoh ini akan saya tulis selanjutnya, karena ini adalah tokoh terakhir yang datang ke Bali yang ikut memberi andil dibidang pembangunan Bali).
Tokoh yang terakhir ini datang ke Bali berkisar antara abad ke XV/XVI, Beliau sangat menghormati pendahulunya, sehingga konsep apa yang ditanamkan oleh pendahulunya Beliau melanjutkan dan memperkaya lagi dengan sebuah konsep Padma, sehingga kita mengenal bangunan ( pelinggih ) Padmasana.
Kedatangan Beliau ke Bali membawa misi:
"tetap menegakan ajaran agama Hindu di pulau yang kecil ini, dengan menata kehidupan orang Bali yang belum ditata oleh pendahulunya".
Sehingga sampai sekarang banyak sekali Tempat Suci tempat memuja Beliau, yang posisi pura itu kebanyakan di tepi pantai, tak ubahnya seperti memagari pulau bali ini, ( Baca lontar Dwijendratattwa.)
Jadi ketiga tokoh inilah yang menata Bali dengan sangat apik dan rapi sehingga Hindu bisa bertahan ada sampai jaman Globalisasi sekarang ini, tidak terlepas pula dari tokoh yang lain yang mungkin datang terlebih dahulu, namun pada saat ini kita akan fokus pada perjuangan tiga tokoh ini. Suatu hal yang yang penting kita harus pahami dan praktikan cara berpikir Beliau-Beliau itu adalah;
Menghormati hasil karya pendahulunya, dan melanjutkan serta menambah dengan tidak merusak yang telah ada sebelumnya. Walaupun rentang waktu keberadaan Beliau-Beliau itu sangat panjang sekali, namun pemikiran yang amat berlian itu telah tercermin ada di jaman yang belum ada computer.
Dari hasil karya Beliaulah muncul julukan - julukan untuk Bali antara lain; Bali Pulau Dewata, Bali Pulau Seribu Pura, Bali Pulau Sorga, Bali pulau Damai dsb. Maka dari itulah kita sekarang yang paling bertanggung jawab untuk dapat melestarikan hasil karya leluhur kita itu.
Setelah kita mati secara pelan-pelan, maka konsep kehidupan yang damai sangat banyak berserakan di pulau Bali ini, yang mana semua itu adalah hasil karya Beliau-Beliau tadi. Untuk itu marilah kita pahami dan kita hayati pelan pelan pula agar Bali bisa bertahan ajeg dapat dinikmati oleh anak, cucu kita nanti. Saya sendiri sering bertanya kepada diri saya sendiri dengan pertanyaan seperti ini; UNTUK APA KAU MEYAKINI IDA DANG HYANG DWIJENDRA SEBAGAI LELANGITMU?
Jawaban inilah yang sedang saya cari, dan untuk menjawab inipun tidak bisa minta iawaban kepada orang lain. Pertanyaan seperti inilah membangkitkan perasaan saya lebih mencintai Bali dalam artian yang luas. Mudah-mudahan saudara- saudara juga mau menanyakan diri saudara sendiri dengan pertanyaan seperti itu dan menjawabnya sendiri.
1.4. BALI DENGAN AGAMA HINDUNYA, BUDAYANYA, SENINYA, ADATNYA MENYERUPAI TELOR.
Saya sudah dari lama ingin menulis ini tetapi karena banyak yang harus saya layani, maka baru kali ini saya sempat menulisnya sebagai bagian dari tulisan saya yang berjudul BALI DAN KEUNIKANNYA SELAYANG PANDANG. Sebab banyak sekali orang yang belum tau Bali berbicara tentang Bali, sehingga banyak penilai tentang Bali yang kurang pas, Termasuk saya sendiri hanya baru tau Bali sedikit.
Seperti Bali dengan agama Hindunya dikatakan menyembah berhala, dikatakan menyembah banyak Tuhan, menyembah batu, menyembah pohon, Hindu menyembah Dewa perusak (Dewa Siwa), Bali adatnya terlalu mengikat, Bali agamanya rumit dan banyak lagi.... banyak lagi....!!!!! Ada pula saudara kita sesama orang Bali yang tinggal di luar Bali (hanya beberapa orang) ikut berpikiran seperti itu sebelum mereka mengadakan penelitian dengan saksama, mereka sudah menyimpulkan. Tetapi anehnya banyak orang yang menyebut seperti itu sangat berkeinginan datang ke Bali dan banyak pula yang ingin hidup di Bali, inilah uniknya Bali.
Nah untuk itulah saya harapkan melalui tulisan yang singkat ini dapat memberi sedikit gambaran tentang Bali atau digunakan sebagai landasan untuk mengadakan penelitian tentang Bali selanjutnya. Saya pribadi tidak pernah marah atau tersinggung bila mendengar ocehan seperti itu tentang Bali, sebab saya tau latar belakang mereka yang begitu adalah melihat dari kaca matanya sendiri.
Ada contoh yang amat cocok saya kemukakan disini; Dijaman dulu di Bali (sebelum ada lampu listrik) totonan wayang kulit sangat digemari, nah pada suatu malam saya nonton wayang kulit, di arena tontonan ada banyak dagang menjual makanan ringan seperti kacang rebus dsb. Saat itu ada seorang pemuda yang mengira dirinya gagah dan ganteng sebab malam - malam pakai kaca mata hitam, lalu dia membeli kacang rebus tetapi dia melihat kacang rebus itu warnanya hitam, karena dia pakai kaca mata hitam, nah dia bilang sama dagang kacangnya dia mau beli juwet (sejenis buah kecil-kecil warnanya hitam), lalu si dagang bilang di sini tidak jual juwet, tapi pemuda itu bersikukuh bilang itu kan juwet....!!! Lalu dagangnya bilang itu kacang rebus, coba kamu buka kaca matamu. Lalu si pemuda dungu itu membuka kaca matanya, baru dia sadar bahwa yang mereka bilang juwet itu adalah kacang rebus, selanjutnya dia malu sendiri terus pulang menanggung malu.
Perlu juga saya sampaikan satu contoh lagi disini agar semakin terang kita menilai sesutau itu. Contoh;
Ada tiga orang, masing - masing mempunyai kesenangan yang berbeda, si A mempunyai kesenangan judi sabungan ayam, si B senang makan daging ayam, si C senang membikin sapu dari bulu ayam. Nah suatu ketika ketiganya melihat seekor ayam jago melintas di jalan, maka masing masing dari mereka menilai seekor ayam itu berdasarkan kesenangan mereka. Si A bilang bila ayam ini di adu pasti menang jadi hutang -hutang saya bisa lunas semua. Si B, lain lagi penilaiannya bila ayam ini saya pakai ayam goreng pasti sangat enak dagingnya. Si C. lain lagi bila ayam ini saya dapatkan bulunya pasti saya punya sapu bulu yang indah. Kenapa mereka bertiga menilai satu objek itu bisa berbeda pendapat??? Nah demikian pula menilai/melihat Bali, saya harapkan Bali dilihat dari semua sisi dan semua kepentingan agar kita dapat jawaban yang benar dan akurat.
Perlu saya tulis disini bahwa apa yang tertera di tulisan ini adalah merupakan hasil pengamatan saya sendiri, oleh karena itu, bila ada beda pendapat dalam menanggapi itu adalah sesuatu yang wajar, mungkin munculnya perbedaan itu bermula dari beda cara pandang.
Sistim kehidupan umat Hindu di Bali seperti saya tulis sebelumnya sudah ditata rapi oleh leluhurnya terdahulu sebagai arsiteknya, dalam konsep menyerupai telor (mengikuti ajaran Brahmandha Purana). Telor itu terdiri dari tiga bagian;
Bagian yang paling tengah disebut sarinya, kemudian bagian keduanya itu putihnya, bagian yang paling luar adalah kulitnya. Nah kalau kita amati secara saksama, kehidupan beragama, kehidupan bermasyarakat di Bali persis seperti itu; Kuning telor itu adalah Agama Hindu yang kita cintai sebagi sumber energi kehidupan, putihnya adalah wangsa-wangsa yang begitu banyaknya, sebab sistim kewangsaan di Bali adalah sebuah jalan untuk berbhakti kepada leluhur (ajaran catur guru), dan masing-masing wangsa memiliki orbit masing-masing mengitari agama (kuning telor itu sendiri), menjaga dan mendapat energi dari ajaran agama hindu itu sendiri, kemudian lembaga-lembaga adat seperti; Banjar, Desa Pakraman (desa adat), subak, seka-seka, pemaksan-pemaksan itu sebagai kulit dari telor itu sendiri.
Ketiga unsur ini saling keterkaitan satu sama yang lain merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, jika salah satu dari dua unsur tadi yaitu putih dan kulit telor itu terkoyak-koyak, maka telor tersebut akan tidak bisa menetas, kuning telur tidak bisa berbuat apa-apa, selanjutnya dia akan busuk tak berguna.
Oleh karena itu kita semua yang mencintai Bali mari kita jaga keutuhan telor itu agar nantinya dapat menetas dengan sempurna melahirkan seniman kaliber dunia, melahirkan sastrawan kaliber dunia, melahirkan kekaguman bagi orang luar sehingga mereka tertarik untuk mengunjungi Bali. Namun harapan saya siapa saja yang datang ke Bali dan atau menetap di pulau Bali harus ikut berpartisipasi menjaga Bali, termasuk pemerintah, tidak hanya dalam teori belaka.
Nah sekarang kalau kita perhatikan, kulit telurnya sudah mulai retak-retak ( mengalih fungsikan lahan sawah ) sedang-sedang maraknya demi mendapatkan keuntungan sesaat, sehingga sistim subak akan lenyap ditelan kebodohan, pengakuan PBB. tentang subak sebagai warisan budaya dunia, mungkin tidak akan bisa bertahan lama. Demikian pula Desa adat sudah mulai mendapat pukulan-pukulan kecil-kecil kalau kita tidak waspada nasib desa adat/pekraman akan senasib dengan subak. Untuk itu dalam hal ini disamping perhatian dan kewaspadaan penduduk Bali khususnya dan kita semua, juga sangat diperlukan peningkatan perhatian pemerintah daerah sampai pemerintah pusat di dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur kita ini. Bila kulit telurnya sudah retak-retak, apa yang dapat kita harapkan lagi?
Selanjutnya wangsa-wangsa yang ada di Bali sebagai putih telurnya juga sudah ada tanda-tanda kekurang harmonisan, disebabkan oleh kekurang mengertian kita, didorong oleh fanatisme sektoral. Disini saya tidak bermaksud menyalahkan si A, si B, yang salah kita semua. Semestinya kita harus dapat menjaga keharmonisan itu secara bersama-sama dan secara terus menerus. Untuk menjaganya kita semestinya membangun komunikasi yang bagus harmonis diantara kita, sebab rasa persatuan dan kesatuan itu landasan utamanya adalah komunikasi, demikian pula keharmonisan itu sendiri.
Bila hal itu tidak kita bangun mulai sekarang, niscaya Bali dengan segala unsurnya hanya tinggal kenangan belaka. Kita tau bahwa satu hal yang hilang sangat sulit untuk mengembalikannya. Kalimat Bali Pulau Sorga, Bali Pulau Dewata dsb, tak ubahnya seperti batu nisan nantinya, yang rugi siapa? Inilah yang saya lihat keunikan yang ada di Bali dan mungkin tidak ditemui di tempat lain. Menyatunya agama (agama menjiwai) terhadap adat budaya dan seni dan segala asfek kehidupan orang Hindu di Bali belum ditemuai di tempat lain, inilah yang saya maksudkan keunikan.
KETUHANAN HINDU DI BALI.
Tentang ke Tuhanan Hindu di Bali masih sangat banyak orang kebingungan untuk memahami, apakah itu dari umat Hindu sendiri, apalagi bagi mereka yang tidak Hindu akan keblinger dibuatnya. Mungkin karena itu salah satu muncul anggapan yang bukan-bukan, antara lain Hindu menyembah banyak Tuhan, Hindu ini...., Hindu itu...Saya tidak mau menyalahkan orang yang belum tau, apalagi orang yang tidak tau, bagaimana kita bisa menyalahkan mereka? Hanya saja saya menghimbau, untuk menyimpulkan sesuatu sebelum menyalahkan atau membenarkan harus melalui penelitian/ pengamatan yang saksama / seminar dan yang sejenis itu.
Maka sekarang dalam tulisan ini akan saya coba untuk menulis tentang keunikan dari ajaran Ketuhanan Hindu di Bali. Di dalam lontar/buku Siwatattwa jelas dapat dibaca tulisan sbb;
"EKATWA ANEKATWA SWALAKSANA BHATARA ".
Kalau saya artikan dengan arti gramatikal, artinya;" TUHAN ITU SATU, NAMUN BERMANIFESTASI BANYAK, DAN MANIFESTASI YANG BANYAK ITU SUMBERNYA SATU....".
Sehingga di Bali ada beribu-ribu Bhatara sebagai manifestasi Tuhan, maka dari itu di Bali ada beribu-ribu Pura sebagai stananya. Manifestasi Tuhan di Bali sebanyak kepentingan manusia, sebab Tuhan dapat memenuhi semua kepentingan manusia, manusia penting bertani maka dia menyembah (nyungsung) Bhatari Sri di pura Ulun carik dan sebagainya.
Untuk lebih jelas mendapatkan gambaran tentang itu, maka saya akan mengambil sebuah contoh; Seperti listrik, Tuhan saya umpamakan seperti listrik, maka dari listrik dapat memenuhi keperluan manusia, asal ada alat untuk itu. Misalnya perlu memasak, beli kompor listrik lalu di colokan bisa digunakan memasak. Ingin terang, beli lampu, fiting, kabel dicolokkan lalu menyala bersinar jadi terang dan lain sebagainya. Jadi apapun alatnya dan untuk apapun itu pasti harus ada listriknya. Kompor listrik, setrika listrik, lampu listrik, jadi kata listrik itu selalu ada.
Maka orang Hindu di Bali ada yang mengatakan tidak pernah menyembah Tuhan itu sebenarnya anggapan yang sangat keliru kalau tidak boleh disebut anggapan salah. Sebab setiap mantra pemujaan terhadap Bhatara pasti diawali dengan kata " ONG atau OM ".
Misalnya : Nyembah ke Pertiwi; Ong Pritiwi......... Nyembah Dewi Sri; Ong Sri..... dsb. Sebab kata Ong/Om itu sebagai simbulis penyebutan nama Tuhan, karena Tuhan itu tak terpikirkan, Tuhan tak terbatas dsb, mungkin agak mirip dengan sifat listrik. Siapa diantara kita yang tau bentuk dan wujud listrik? Bila ada yang menunjuk lapu itu disebut listrik, nah itu sangat keliru, bila dia tidak menyebutkan itu lampu listrik.
Demikianlah ajaran ke Tuhanan Hindu di Bali. Mungkin tidak ada di tempat lain. Inilah sesuatu yang saya tulis, mudah-mudahan bisa dijadikan awal atau dasar untuk memahami ajaran Ketuhan Hindu di Bali.
OM SWASTIASTU, OM AWIGNAMASTU NAMOSIDAH.
Semakin hari semakin banyak yang bertanya di ruang ini, setelah disimpulkan dari semua pertanyaan yang telah lalu, disamping semakin hari Bali semakin banyak dikunjungi sebagai objek wisata, dan tidak terlepas pula Bali semakin banyak mendapat cobaan dan godaan, serta tidak dipungkiri pula Bali sering mendapat kritik, maka terpanggil keinginan saya untuk menulis dan mengambil judul; " BALI DAN KEUNIKANNYA SELAYANG PANDANG ". Dengan harapan kita memiliki sepintas pengetahuan tentang Bali, selanjutnya kita semakin mencintai Bali.
Saya sadar bahwa diri saya belum tau Bali secara menyeluruh, namun tidak ada salahnya saya menulis disini sebagai sarana bertukar pikiran dan bertukar pandangan dengan teman-teman dan saudara yang seide dengan saya.
1. BALI DALAM GAMBARAN UMUM.
Bali adalah salah satu pulau yang sangat diminati oleh para wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan manca negara. Sehingga Bali seolah - olah sudah seperti kampung internasional. Oleh karena itu Bali tidak pernah sepi, kecuali hari NYEPI. Bila demikian keadaan Bali maka sudah pasti akan terjadi pergeseran-pergeseran di segala asfek, baik bergeser kearah positif maupun bergeser ke arah negatif, semuanya itu akan mungkin terjadi. Disinilah perlunya ada pemahaman tentang Bali yang mana pemahaman tersebut dapat menjadi daya tahan untuk tetap utuhnya Bali dalam arti yang luas, sehimgga anak cucu kita dikemudian hari dapat pula menikmati Bali yang bersinar. Bukan saja orang Bali yang harus memahami Bali, namun semua pihak harus memahami Bali, terutama dari pihak PEMERINTAH, yang memegang kebijakan yuridis formal.
Melalui media ini dan melalui tulisan ini saya mengajak semua pihak untuk mulai memahami Bali, mencintai Bali, mengayomi Bali, melindungi Bali, dan memelihara Bali. Agar Bali tidak lenyap di masa kita hidup (digenerasi kita), alangkah ruginya leluhur kita yang kita agung-agungkan setiap hari memilki generasi yang tidak mampu melestarikan warisannya. Bagaimana tangisnya keturunan kita nanti yang mungkin hanya dapat menikmati Bali hanya dalam cerita dan gambar belaka.
1.2. PULAU BALI.
Menguraikan tentang keberadaan pulau Bali secara teritorial tidak akan dijelaskan secara detail, sebab sebagian besar kita sudah dapat membayangkannya. Seperti kita sudah ketahui bersama bahwa negara Indonesia yang kita cintai ini terdiri dari beribu-ribu pulau kecil dan besar, berderet dari Kota Sabang sampai ke kota Merauke. Ada segugus deretan pulau-pulau yang disebut Nusatenggara, pulau yang paling barat dari kepulauan Nusatenggara ITULAH PULAU BALI YANG KITA CINTAI DAN KITA AKAN CERITAKAN BERSAMA.
Pulau Bali diapait oleh dua pulau yaitu disebelah baratnya pulau Jawa, dan disebelah Timurnya pulau lombok, desela oleh selat Bali dan selat Lombok. Pulau yang kecil ini banyak menyimpan keunikan yang mungkin di tempat lain jarang ditemui, seperti pulau sekecil ini memiliki tiga cuaca; cuaca panas (di Kubu Karangasem dan di Bukit Jimbaran), cuaca dingin (di Kintamani dan Bedugul). Selain tempat tadi cuacanya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Jadi si kecil punya tiga cuaca.
Yang tidak kalah uniknya lagi pulau Bali punya tiga gunung berapi; Gung Agung (aktif), Gunung Batur (masih aktif), dan Gunung Batukaru (tidak aftif) dan memiliki danau besar-besar kalau tidak salah 4 danau; danau batur, danau buyan, danau tamblingan, dan danau bratan.
Pulau Bali dibelah menjadi dua dataran oleh barisan bukit dan gunung, yaitu; di bagian Utara, dan bagian selatan. Ada satu keunikan antara dua daerah dataran ini yaitu; mata anginnya bila di daerah Buleleng Kaja itu Selatan, dan Kelod itu Utara, namun di bagian selatan, Kaja itu Utara, dan Kelod itu Selatan. Kenapa bisa begitu? Untuk mejawabnya perlu adanya penelitian. Dengan penataan yang amat apik dari para leluhur orang Bali di jaman dahulu, maka alam Bali kelihatan sangat indah dan menarik serta berjiwa.
Satu hal perlu saya tulis disini adalah pengalaman pribadi saya yang ada kaitannya dengan Bali yaitu; Setiap saya keluar pulau Bali, apakah itu menggunakan mobil, pesawat, nanti sekembalinya saya dari luar begitu kendaraan saya memasuki pulau Bali perasaan saya seketika berubah menjadi sangat bahagia, sebab pulau Bali seakan-akan menyambut saya denga ucapan Om Swastiastu. Pantes pulau Bali disebut dengan istilah pulau BAWAMAURIP (BERENERGI DAN HIDUP). Terutama kalau kita melihat dari udara kelihatan hamparan sawah-sawah layaknya seperti tangga-tangga menuju ke sorga.
Tetapi jangan lupa pulau Bali adalah pulau yang sangat miskin dengan barang (hasil) tambang, sehingga kita tidak mengenal batubara, mas, nekel, gas, minyak bumi dll. dari hasil tambang di Bali. Walupun demikian ada satu pertanyaan; Kenapa Bali sangat diminati, dan memiliki daya tarik tersendiri?
Penduduk Bali mayoritas memeluk agama Hindu dari jaman dahulu sampai sekarang, keunikannya adalah di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam, namun bali yang kecil itu tetep memeluk agama leluhurnya dari jaman ke jaman sampai kini. Walupun runtuhnya kerajaan Mojopahit yang nota bena kerajaan Hindu terbesar di Nusantara, namun orang-orang Bali tetep setia memeluk agama leluhurnya.
Demikianlah sekilas tentang Pulau Bali yang saya dapat kemukakan disini, mungkin masih banyak yang belum terjangkau disini, itu adalah tugas saudara untuk selanjutnya.
1.3. BEBERAPA TOKOH PENTING YANG MEMBANGUN BALI
Berbicara tentang tokoh disini yang dimaksud adalah tokoh spritual, tokoh agama, tokoh rokhaniawan, yang memiliki andil membangun atau menata Bali sehingga menjadi pulau yang tertata rapi. Sebenarnya banyak sekali tokoh seperti tersebut di atas yang mempunyai andil dari jaman dahulu, namun disini akan saya tulis tiga tokoh saja, sebab tiga tokoh inilah yang paling menonjol perannya menurut pandangan saya sendiri. Kalau pembaca nanti mengetahui ada tokoh penting lagi selain ini, nanti pada kesempatan yang alin kita bicarakan.
Adapun tokoh-tokoh tersebut adalah;
I.Ida Rsi Markendya.
Beliau adalah seorang tokoh Hindu beraliran Siwa, menurut cerita orang Beliu berasal dari India Selatan. Waktu saya datang ke sana, saya coba berkonsultasi dengan teman saya di sana tentang Beliau, ternyata nama Rsi Markendia juga sangat di kenal disana berasal dari sana, namun sebutannya Rsi Markende, sebab masyarakat India didalam menyebutkan suku kata vokal terakhir biasanya tidak disebutkan ( India disebut Indi, Utara Pradesa disebut Utar Prades).
Beliau inilah yang datang ke bali menata Bali dengan menanam Panca Datu di Pura Besakih ( Pura terbesar di Bali), dan Beliau pula menata sistim kemasyarakatan yang sekarang ada kita warisi berupa banjar, desa pakraman, (baca buku perjalanan Beliau).
Jadi Ida Rsi Markendya merupakan tokoh yang sangat penting kita harus ketahui dan kita sucikan serta kita hormati. Peninggalan Beliau sekarang banyak ada di Bali salah satunya adalah; Pura Gunung Lebah di Campuhan Ubud Gianyar, Pura Gunung Raung di Desa Taro, Payangan, Gianyar. sistem subak, banyak lagi jasa-jasa Beliau di Bali yang ada kaitannya dengan pembangunan fisik dan pembangunan moral.
II. Ida Mpu Kuturan.
Setelah Ida Rsi Markendya Moksah, maka selanjutnya sejalan dengan perjalanan sejarah, maka datanglah Ida Mpu Kururan ke Bali. Kedatangan Beliau ke Bali melanjutkan dan memperkaya konsep yang telah di bangun sebelumnya oleh tokoh terdahulu (Ida Rsi Markendya), misalnya kedatangan Mpu Kuturan ke Bali menambah konsep Merajan (Rong Tiga/kemulan), adanya pura kahyangan tiga di setiap desa adat. Dan menambah dengan konsep pelinggih berupa meru. Banyak lagi. Yang paling penting adalah jasa Beliau Mpu Kuturan menyatukan sekta-sekta yang ada di bali menjadi satu kesatuan berupa Agama di Bali yang kita warisi sampai sekarang. Peninggal itu ada berupa pura besar yaitu Pura Samuan Tiga, di Desa bedulu,Kecamatan Balahbatuh, Gianyar. Demikian saya tulis secara singkat perjalanan Beliau.
III. Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh.
Beliau juga sangat terkenal dengan panggilan Ida Dang Hyang Dwijendra. (mengenai Tokoh ini akan saya tulis selanjutnya, karena ini adalah tokoh terakhir yang datang ke Bali yang ikut memberi andil dibidang pembangunan Bali).
Tokoh yang terakhir ini datang ke Bali berkisar antara abad ke XV/XVI, Beliau sangat menghormati pendahulunya, sehingga konsep apa yang ditanamkan oleh pendahulunya Beliau melanjutkan dan memperkaya lagi dengan sebuah konsep Padma, sehingga kita mengenal bangunan ( pelinggih ) Padmasana.
Kedatangan Beliau ke Bali membawa misi:
"tetap menegakan ajaran agama Hindu di pulau yang kecil ini, dengan menata kehidupan orang Bali yang belum ditata oleh pendahulunya".
Sehingga sampai sekarang banyak sekali Tempat Suci tempat memuja Beliau, yang posisi pura itu kebanyakan di tepi pantai, tak ubahnya seperti memagari pulau bali ini, ( Baca lontar Dwijendratattwa.)
Jadi ketiga tokoh inilah yang menata Bali dengan sangat apik dan rapi sehingga Hindu bisa bertahan ada sampai jaman Globalisasi sekarang ini, tidak terlepas pula dari tokoh yang lain yang mungkin datang terlebih dahulu, namun pada saat ini kita akan fokus pada perjuangan tiga tokoh ini. Suatu hal yang yang penting kita harus pahami dan praktikan cara berpikir Beliau-Beliau itu adalah;
Menghormati hasil karya pendahulunya, dan melanjutkan serta menambah dengan tidak merusak yang telah ada sebelumnya. Walaupun rentang waktu keberadaan Beliau-Beliau itu sangat panjang sekali, namun pemikiran yang amat berlian itu telah tercermin ada di jaman yang belum ada computer.
Dari hasil karya Beliaulah muncul julukan - julukan untuk Bali antara lain; Bali Pulau Dewata, Bali Pulau Seribu Pura, Bali Pulau Sorga, Bali pulau Damai dsb. Maka dari itulah kita sekarang yang paling bertanggung jawab untuk dapat melestarikan hasil karya leluhur kita itu.
Setelah kita mati secara pelan-pelan, maka konsep kehidupan yang damai sangat banyak berserakan di pulau Bali ini, yang mana semua itu adalah hasil karya Beliau-Beliau tadi. Untuk itu marilah kita pahami dan kita hayati pelan pelan pula agar Bali bisa bertahan ajeg dapat dinikmati oleh anak, cucu kita nanti. Saya sendiri sering bertanya kepada diri saya sendiri dengan pertanyaan seperti ini; UNTUK APA KAU MEYAKINI IDA DANG HYANG DWIJENDRA SEBAGAI LELANGITMU?
Jawaban inilah yang sedang saya cari, dan untuk menjawab inipun tidak bisa minta iawaban kepada orang lain. Pertanyaan seperti inilah membangkitkan perasaan saya lebih mencintai Bali dalam artian yang luas. Mudah-mudahan saudara- saudara juga mau menanyakan diri saudara sendiri dengan pertanyaan seperti itu dan menjawabnya sendiri.
1.4. BALI DENGAN AGAMA HINDUNYA, BUDAYANYA, SENINYA, ADATNYA MENYERUPAI TELOR.
Saya sudah dari lama ingin menulis ini tetapi karena banyak yang harus saya layani, maka baru kali ini saya sempat menulisnya sebagai bagian dari tulisan saya yang berjudul BALI DAN KEUNIKANNYA SELAYANG PANDANG. Sebab banyak sekali orang yang belum tau Bali berbicara tentang Bali, sehingga banyak penilai tentang Bali yang kurang pas, Termasuk saya sendiri hanya baru tau Bali sedikit.
Seperti Bali dengan agama Hindunya dikatakan menyembah berhala, dikatakan menyembah banyak Tuhan, menyembah batu, menyembah pohon, Hindu menyembah Dewa perusak (Dewa Siwa), Bali adatnya terlalu mengikat, Bali agamanya rumit dan banyak lagi.... banyak lagi....!!!!! Ada pula saudara kita sesama orang Bali yang tinggal di luar Bali (hanya beberapa orang) ikut berpikiran seperti itu sebelum mereka mengadakan penelitian dengan saksama, mereka sudah menyimpulkan. Tetapi anehnya banyak orang yang menyebut seperti itu sangat berkeinginan datang ke Bali dan banyak pula yang ingin hidup di Bali, inilah uniknya Bali.
Nah untuk itulah saya harapkan melalui tulisan yang singkat ini dapat memberi sedikit gambaran tentang Bali atau digunakan sebagai landasan untuk mengadakan penelitian tentang Bali selanjutnya. Saya pribadi tidak pernah marah atau tersinggung bila mendengar ocehan seperti itu tentang Bali, sebab saya tau latar belakang mereka yang begitu adalah melihat dari kaca matanya sendiri.
Ada contoh yang amat cocok saya kemukakan disini; Dijaman dulu di Bali (sebelum ada lampu listrik) totonan wayang kulit sangat digemari, nah pada suatu malam saya nonton wayang kulit, di arena tontonan ada banyak dagang menjual makanan ringan seperti kacang rebus dsb. Saat itu ada seorang pemuda yang mengira dirinya gagah dan ganteng sebab malam - malam pakai kaca mata hitam, lalu dia membeli kacang rebus tetapi dia melihat kacang rebus itu warnanya hitam, karena dia pakai kaca mata hitam, nah dia bilang sama dagang kacangnya dia mau beli juwet (sejenis buah kecil-kecil warnanya hitam), lalu si dagang bilang di sini tidak jual juwet, tapi pemuda itu bersikukuh bilang itu kan juwet....!!! Lalu dagangnya bilang itu kacang rebus, coba kamu buka kaca matamu. Lalu si pemuda dungu itu membuka kaca matanya, baru dia sadar bahwa yang mereka bilang juwet itu adalah kacang rebus, selanjutnya dia malu sendiri terus pulang menanggung malu.
Perlu juga saya sampaikan satu contoh lagi disini agar semakin terang kita menilai sesutau itu. Contoh;
Ada tiga orang, masing - masing mempunyai kesenangan yang berbeda, si A mempunyai kesenangan judi sabungan ayam, si B senang makan daging ayam, si C senang membikin sapu dari bulu ayam. Nah suatu ketika ketiganya melihat seekor ayam jago melintas di jalan, maka masing masing dari mereka menilai seekor ayam itu berdasarkan kesenangan mereka. Si A bilang bila ayam ini di adu pasti menang jadi hutang -hutang saya bisa lunas semua. Si B, lain lagi penilaiannya bila ayam ini saya pakai ayam goreng pasti sangat enak dagingnya. Si C. lain lagi bila ayam ini saya dapatkan bulunya pasti saya punya sapu bulu yang indah. Kenapa mereka bertiga menilai satu objek itu bisa berbeda pendapat??? Nah demikian pula menilai/melihat Bali, saya harapkan Bali dilihat dari semua sisi dan semua kepentingan agar kita dapat jawaban yang benar dan akurat.
Perlu saya tulis disini bahwa apa yang tertera di tulisan ini adalah merupakan hasil pengamatan saya sendiri, oleh karena itu, bila ada beda pendapat dalam menanggapi itu adalah sesuatu yang wajar, mungkin munculnya perbedaan itu bermula dari beda cara pandang.
Sistim kehidupan umat Hindu di Bali seperti saya tulis sebelumnya sudah ditata rapi oleh leluhurnya terdahulu sebagai arsiteknya, dalam konsep menyerupai telor (mengikuti ajaran Brahmandha Purana). Telor itu terdiri dari tiga bagian;
Bagian yang paling tengah disebut sarinya, kemudian bagian keduanya itu putihnya, bagian yang paling luar adalah kulitnya. Nah kalau kita amati secara saksama, kehidupan beragama, kehidupan bermasyarakat di Bali persis seperti itu; Kuning telor itu adalah Agama Hindu yang kita cintai sebagi sumber energi kehidupan, putihnya adalah wangsa-wangsa yang begitu banyaknya, sebab sistim kewangsaan di Bali adalah sebuah jalan untuk berbhakti kepada leluhur (ajaran catur guru), dan masing-masing wangsa memiliki orbit masing-masing mengitari agama (kuning telor itu sendiri), menjaga dan mendapat energi dari ajaran agama hindu itu sendiri, kemudian lembaga-lembaga adat seperti; Banjar, Desa Pakraman (desa adat), subak, seka-seka, pemaksan-pemaksan itu sebagai kulit dari telor itu sendiri.
Ketiga unsur ini saling keterkaitan satu sama yang lain merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, jika salah satu dari dua unsur tadi yaitu putih dan kulit telor itu terkoyak-koyak, maka telor tersebut akan tidak bisa menetas, kuning telur tidak bisa berbuat apa-apa, selanjutnya dia akan busuk tak berguna.
Oleh karena itu kita semua yang mencintai Bali mari kita jaga keutuhan telor itu agar nantinya dapat menetas dengan sempurna melahirkan seniman kaliber dunia, melahirkan sastrawan kaliber dunia, melahirkan kekaguman bagi orang luar sehingga mereka tertarik untuk mengunjungi Bali. Namun harapan saya siapa saja yang datang ke Bali dan atau menetap di pulau Bali harus ikut berpartisipasi menjaga Bali, termasuk pemerintah, tidak hanya dalam teori belaka.
Nah sekarang kalau kita perhatikan, kulit telurnya sudah mulai retak-retak ( mengalih fungsikan lahan sawah ) sedang-sedang maraknya demi mendapatkan keuntungan sesaat, sehingga sistim subak akan lenyap ditelan kebodohan, pengakuan PBB. tentang subak sebagai warisan budaya dunia, mungkin tidak akan bisa bertahan lama. Demikian pula Desa adat sudah mulai mendapat pukulan-pukulan kecil-kecil kalau kita tidak waspada nasib desa adat/pekraman akan senasib dengan subak. Untuk itu dalam hal ini disamping perhatian dan kewaspadaan penduduk Bali khususnya dan kita semua, juga sangat diperlukan peningkatan perhatian pemerintah daerah sampai pemerintah pusat di dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur kita ini. Bila kulit telurnya sudah retak-retak, apa yang dapat kita harapkan lagi?
Selanjutnya wangsa-wangsa yang ada di Bali sebagai putih telurnya juga sudah ada tanda-tanda kekurang harmonisan, disebabkan oleh kekurang mengertian kita, didorong oleh fanatisme sektoral. Disini saya tidak bermaksud menyalahkan si A, si B, yang salah kita semua. Semestinya kita harus dapat menjaga keharmonisan itu secara bersama-sama dan secara terus menerus. Untuk menjaganya kita semestinya membangun komunikasi yang bagus harmonis diantara kita, sebab rasa persatuan dan kesatuan itu landasan utamanya adalah komunikasi, demikian pula keharmonisan itu sendiri.
Bila hal itu tidak kita bangun mulai sekarang, niscaya Bali dengan segala unsurnya hanya tinggal kenangan belaka. Kita tau bahwa satu hal yang hilang sangat sulit untuk mengembalikannya. Kalimat Bali Pulau Sorga, Bali Pulau Dewata dsb, tak ubahnya seperti batu nisan nantinya, yang rugi siapa? Inilah yang saya lihat keunikan yang ada di Bali dan mungkin tidak ditemui di tempat lain. Menyatunya agama (agama menjiwai) terhadap adat budaya dan seni dan segala asfek kehidupan orang Hindu di Bali belum ditemuai di tempat lain, inilah yang saya maksudkan keunikan.
KETUHANAN HINDU DI BALI.
Tentang ke Tuhanan Hindu di Bali masih sangat banyak orang kebingungan untuk memahami, apakah itu dari umat Hindu sendiri, apalagi bagi mereka yang tidak Hindu akan keblinger dibuatnya. Mungkin karena itu salah satu muncul anggapan yang bukan-bukan, antara lain Hindu menyembah banyak Tuhan, Hindu ini...., Hindu itu...Saya tidak mau menyalahkan orang yang belum tau, apalagi orang yang tidak tau, bagaimana kita bisa menyalahkan mereka? Hanya saja saya menghimbau, untuk menyimpulkan sesuatu sebelum menyalahkan atau membenarkan harus melalui penelitian/ pengamatan yang saksama / seminar dan yang sejenis itu.
Maka sekarang dalam tulisan ini akan saya coba untuk menulis tentang keunikan dari ajaran Ketuhanan Hindu di Bali. Di dalam lontar/buku Siwatattwa jelas dapat dibaca tulisan sbb;
"EKATWA ANEKATWA SWALAKSANA BHATARA ".
Kalau saya artikan dengan arti gramatikal, artinya;" TUHAN ITU SATU, NAMUN BERMANIFESTASI BANYAK, DAN MANIFESTASI YANG BANYAK ITU SUMBERNYA SATU....".
Sehingga di Bali ada beribu-ribu Bhatara sebagai manifestasi Tuhan, maka dari itu di Bali ada beribu-ribu Pura sebagai stananya. Manifestasi Tuhan di Bali sebanyak kepentingan manusia, sebab Tuhan dapat memenuhi semua kepentingan manusia, manusia penting bertani maka dia menyembah (nyungsung) Bhatari Sri di pura Ulun carik dan sebagainya.
Untuk lebih jelas mendapatkan gambaran tentang itu, maka saya akan mengambil sebuah contoh; Seperti listrik, Tuhan saya umpamakan seperti listrik, maka dari listrik dapat memenuhi keperluan manusia, asal ada alat untuk itu. Misalnya perlu memasak, beli kompor listrik lalu di colokan bisa digunakan memasak. Ingin terang, beli lampu, fiting, kabel dicolokkan lalu menyala bersinar jadi terang dan lain sebagainya. Jadi apapun alatnya dan untuk apapun itu pasti harus ada listriknya. Kompor listrik, setrika listrik, lampu listrik, jadi kata listrik itu selalu ada.
Maka orang Hindu di Bali ada yang mengatakan tidak pernah menyembah Tuhan itu sebenarnya anggapan yang sangat keliru kalau tidak boleh disebut anggapan salah. Sebab setiap mantra pemujaan terhadap Bhatara pasti diawali dengan kata " ONG atau OM ".
Misalnya : Nyembah ke Pertiwi; Ong Pritiwi......... Nyembah Dewi Sri; Ong Sri..... dsb. Sebab kata Ong/Om itu sebagai simbulis penyebutan nama Tuhan, karena Tuhan itu tak terpikirkan, Tuhan tak terbatas dsb, mungkin agak mirip dengan sifat listrik. Siapa diantara kita yang tau bentuk dan wujud listrik? Bila ada yang menunjuk lapu itu disebut listrik, nah itu sangat keliru, bila dia tidak menyebutkan itu lampu listrik.
Demikianlah ajaran ke Tuhanan Hindu di Bali. Mungkin tidak ada di tempat lain. Inilah sesuatu yang saya tulis, mudah-mudahan bisa dijadikan awal atau dasar untuk memahami ajaran Ketuhan Hindu di Bali.
Komentar
Posting Komentar