Pura Tirta Empul dan Istana Negara Tampaksiring

                          

Pura Tirta Empul dan Istana Negara Tampaksiring

Letak dan Lingkungan
Pura Tirta Empul dan Istana Negara RI terletak di kecamatan Tampaksiring, kabupaten Gianyar. Tempat ini dapat dicapai dengan mudah dengan menggunakan kendaraan bermotor dan kira-kira hanya 30 Km dari pusat kota Denpasar dan hanya 8 Km dari Ubud.
Lokasi Pura Tirta Empul dengan Istana Negara RI terletak berdampingan, yaitu di sebelah barat pura berdirilah Istana Negara Tampaksiring yang tempatnya agak lebih tinggi dari pura dan di sebelah timur pura mengalirlah sebuah sungai yang disbut dengan sungai Pakerisan oleh penduduk setempat dan konon katanya masih terdapat peninggalan-peninggalan purbakala.

Sejarah Pura Tirta Empul
          Sejarah berdirinya pura ini berasal dari beberapa sumber  prasasti dan methologe atau cerita masyarakat yang terdapat dalam lontar Usana Bali. Methologe tersebut tentang terciptanya nama desa Tampaksiring yang mana berasal dari bahasa Bali yaitu Tampak yang berarti tapak atau jejak kaki dan Siring yang berarti miring dan hutan yang di lewati ole Mayadenawa saat melarikan diri dengan memiringkan kakinya disebut dengan Desa Tampaksiring yang mana berawal dari pertempuran raja Bedahulu yaitu Mayadenawa dengan Bhatara Indra yang dilatar belakangi oleh tindakan dan sikap raja Mayadenawa yang sewenang-wenang yang mana rakyat tidak dijinkan untuk melakukan upacara keagamaan untuk meminta keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
            Perbuatan raja Mayadenawa yang mulai diketahui tersebutmembuat para Dewa melakukan sebuah perundingan dan memutuskan untuk menyerang Mayadenawa yang dipimpin oleh Shang Hyang Indra. Setelah pertempuran berlangsung lama maka pasuka Mayadenawapun mulai terdesak dan mengalami kekalahan yang membuat Mayadenwa terpaksa mundur dan selalu mengganti rupa dan berjalan dengan memiringkan kakinya (awal mula sejarah Tampaksiring)untuk mengelabui Shang Hyang Indra sehingga sampailah ia di sebelah utara Desa Tampaksiring dan ia mulai menciptakan sebuah mata air racun.
Pasukan Shang Hyang Indra yang mulai lelah dan haus dalam masa pengejaran Mayadenawa melihat sebauh mata air yang jernih dan tanpa ada prasangka buruk mereka langsung meminum air tersebut dan mulai gugur satu persatu karna keracunan dan mengidap penyakit yang mematikan yang mana mata air tersebut diciptakan oleh Mayadenawa untuk meracuni Shang Hyang Indra dan semua pasukanNya.
Melihat hal tersebut Shang Hyang Indra mulai menancapkan tombak, kober poleng dan umbul-umbul yang dibawa pasukanNya dan mulai bertapa. Tidak lama kemudian dicabutlah tombak yang ditancapkanNya dan tiba-tiba muncul sebuah mata air dari dalam tanah dan kemudian dipercikan kepada semua pasukanNya yang telah gugur dan dengan seketika merekapun hidup kembali seperti sedia kala.
Pura Tirta Empul yang mana berasal dari bahasa Bali yaitu Tirta yang berarti air suci dan Empul yang berarti timbil atau muncul atau timbul, yang mana masih terdapat di dalam pura tepatnya pada bagian tengah pura atau Nista Mandala yaitu sekarang telah menjadi sebuah kolam mata air yang bersumber dari 1800 pegunungan yang berada di Bali dan pulau-pulau sekitar bali seperti pegunungan yang berada di Jawa. Pura ini di bangun pada sasih kapat atau bulan keempat pada kalender Saka tahun Saka 884 sekitar bulan Oktober tahun 962 Masehi. Upacara agama di pura ini biasanya diadakan setiap satu tahun sekali yaitu pada Purnama Kapat yang berlangsung selama 10 hari.
Pura Terta Empul memiliki 33 pancoran yang mana dipercayai oleh umat Hindu di Bali bahwa pancoran ini memiliki kahsiat untuk melebur malapetaka, pengobatan, dan juga diambil sebagai Tirta atau air suci yang digunakan untuk upacara agama Hindu.
Adapun sejarah lain dari Pura Tirta Empul yaitu tertulis dalam lontar Dewa Tatwa yang menyebutkan bahwa turunnya Shang Hyang Widi ke dunia dalam manifestasinya sebagai Shang Hyang Pasupati yang melakukan tapa dan mengangkat Mangku Sangkul Putih menjadi seorang Begawan dan bukti dari pada mitos tersebut terdapat pada bangunan yang bernama Tapasana yang mana bangunan tersebut barbebtuk seperti Padmasana pada umumnya namun tidak mempunyai atap layaknya seperti Padmasana lainnya dan dilihat dari dasar bangunan terdapat tiga komponen ukiran yaitu naga, gajah dan candi yang menerangkan bahwa bangunan tersebut telah dibangun pada abad 181 sebelum Masehi.

Sejarah Istana Negara Tampaksiring
Istana Kepresidenan Tampaksiring berada pada ketinggian lebih kurang 700 meter dari permukaan laut, berlokasi di atas perbuktian di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Pulau Bali. Merupakan satu-satunya istana kepresidenan yang dibangun masa pemerintahan Indonesia yang dibangun pada tahun 1957 – tahun 1960, sepenuhnya ditangani oleh putra-putra Indonesia, atas prakasa Presiden I Republik Indonesia.
Istana Tampaksiring dibangun secara bertahap, arsiteknya R.M Soedarsono. Pertama kali dibangun adalah Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira pada tahun 1957, dilanjutkan perampungan tahun 1963. Selanjutnya untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, di Bali pada tanggal 7 – 8 Oktober 2003, di bangun gedung baru dan merenovasi Balai Wantilan, bangunan pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Kori Agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya.
Istana Tampaksiring difungsikan disamping untuk acara-acara Presiden dan Wakil Presiden dalam hal kepemerintahan dan kenegaraan, juga peruntukan untuk tempat peristirahatan bagi Presiden dan Wakil Presiden peserta keluarga, serta bagi tamu-tamu negara. Menurut catatan, tamu-tamu negara yang pernah berkunjung ke Istana Kepresidenan Tampaksiring, antara lain Presiden Ne Win dari Birma (sekarang Myanmar); Presiden Tito dari Yogoslavia, Presiden Ho Chi Minh dari Vietnam, Perdana Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruschev dari Unit Soviet, Ratu Juliana dari Belanda dan Kaisar Hirohito dari Jepang.
Komplek Istana Kepresidenan Tampaksiring kini terdiri dari lima gedung utama dan satu pendapa. Dua gedung utama diberi nama Wisma Merdeka (1.200 meter persegi) dan Wisma Negara (1.476 meter persegi) yang dipisahkan oleh celah bukit sedalam lebih kurang 15 meter namun terhubung dengan jembatan sepanjang 40 meter, tiga gedung utama yang lainnya diberi nama Wisma Yudhistira, Wisma Bima, dan ruang untuk konferensi, serta Balai Wantilan.

Budaya Fisik yang Dimiliki Pura Tirta Empul
            Budaya fisik Pura Tirta Empul hampir sama layaknya pura-pura besar lain yang berada di Bali yaitu memiliki beberapa bagian inti yaitu :
1.      Halaman luar atau Jaba (Nista Mandala) yang mana terdapat beberepa kolam dengan pancuran yang terdiri dari :
a.       Kolam dengan 13 buah pancuran yang berfungsi untuk Pitra Yadnya sebagai Tirta pembersihan dan Tirta Pangentas.
b.      Kolam dengan 8 buah pancuran yang berfungsi untuk Tirta Pemelukatan.
c.       Kolam dengan 5 buah pancuran yang bernama pancoran Tirta yang berfingsi untuk melilacita bertirta yatra.
d.      Kolam ikan yang terletak di samping Koperasi pura tersebut.
2.      Halaman tengah atau Jaba Tengah (Madya Mandala) yang mana pada halaman ini terdapat sebuah kolam sumber mata air yang masih aktif dan dapat dilihat dengan jelas. Dan ada juga beberapa bangunan dan sebuh prasasti yang disebut dengan Lingga Yoni yaitu prasasti untuk menyembah Ida Shang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya menjadi Shang Hyang Pasupati atau Betara Siwa.
3.      Halaman utama atau Jeroan (Utama Mandala) yang mana pada halaman ini terdapat pelinggih atau bangunan untuk manifstasi Ida Shang Hyang Widi Wasa. Di samping itu juga terdapat bangunan-bangan seperti :
a.       Tapasana
b.      Piasan Ida Dewa
c.       Piasan Panglurah
d.      Bale Pamereman
e.       Bale Pacanangan
f.       Bale Pawedan
g.       Gedong Mule
h.      Dan bangunan lain layaknya pura-pura pada umumnya.

Atraksi Wisata yang Dimiliki Di Kawasan Pura Tirta Empul
            Pura Tirta Empul memiliki beberapa atraksi wisata antara lain adalah :
1.                  Wisata Alam
a.       Klebutan atau sumber mata air
b.      Keindahan alam berupa Istana Negara yang dibangu di atas bukit.
2.                  Atraksi Wisata Budaya
a.       Upacara agama
b.      Tempat bersejarah
c.       Tarian keagamaan yaitu Tarian Nampiog
Ciri Khas Pura Tirta Empul
            Pura Tirta Empul mempunyai ciri khas antara lain :
a.       Adanya kolam dengan pancoran yang berfungsi untuk penyembuhan, dan upacara agama Hindu.
b.      Adanya kolam mata air.
c.       Adanya sebuah Tapasana
d.      Adanya sebuah Lingga Yoni
e.       Tempat yang sejuk dan Indah


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kerajaan Bali Kuno

Raja-Raja yang Pernah Berkuasa di Bali

Barong Landung dan Sejarah Barong Landung di Bali