Intisari Pemikiran Ida Pedanda Gede Made Gunung 3
BUDAYA.
Om Swastiastu. Om Awignamastu.
Saya teringat masa-masa saya masih duduk di bangku kuliah, sebelum mendapatkan dosen, saya biasa rembug berkelompok bersama teman-teman, ya ceritanya ngalor ngidul, ada yang guyonan dan ada yang macem-macem yang semuanya itu dapat mengundang gelak tawa diantara kami. Kemudian salah satu dari teman saya mengeluarkan tiori yang berkaitan dengan Budaya. Dia mengatakan, entah dimana dia dapat saya kurang tau, katanya seperti ini;
"BUDAYA ITU ADALAH SESUATU YANG MERUPAKAN PENGUAT DI DALAM HIDUP KITA, BILA BUDAYA ITU HILANG MAKA HIDUP KITA AKAN GOYAH BAHKAN BISA HANCUR. SEBALIKNYA BILA INGIN MENGHANCURKAN SEKELOMPOK ORANG/SUKU/BANGSA, MAKA YANG HARUS DILENYAPKAN TERLEBIH DAHULU ADALAH BUDAYANYA.
Waktu itu saya sangat tidak tertarik dengan omongan teman saya itu, namun sekarang setelah saya pikir bolak-balik sambil duduk sendiri mengingat-ngingat masa lalu bersama teman-teman, lalu saya teringat cerita itu. Jadi itu yang selanjutnya menjadi renungan saya sendiri, ternyata apa yang dia katakan itu menurut saya ada benarnya bila dilihat kenyataannya keseharian. Sehingga BUDAYA sangat penting artinya bagi hidup kita (budaya yang saya maksudkan disini adalah budaya yang dapat memberikan identitas baik kepada kita).
Seperti misalnya; budaya bertani, bila budaya ini sudah tidak mendapat perhatian maka tidak menunggu lama maka pertanian (agraris) akan hancur/lenyap. Demikian pula budaya-budaya yang lainnya. Sehingga bagi saya budaya leluhur kita yang adhiluhur mesti kita pertahankan untuk tidak kita mengalami kehancuran. Khususnya budaya Bali yang merupakan bagian dari budaya Nasional. Kokohnya budaya di masing-masing daerah dipertahankan oleh penganutnya, berarti semakin kokoh pula budaya Nasional kita. Walaupun demikian bukan berarti kita menolak budaya diluar itu, atau kita akan mengisolir diri, sama sekali tidak namun kita harus pinter-pinter memilah-milah dan memilihnya (memfilter), pilihlah yang dapat memperkuat budaya warisan kita, yang kiranya dapat menghilangkan budaya kita jangan dulu dibudayakan.
Salah satu contohnya; BUDAYA BHINEKA TUNGGAL IKA, Yang amat dibutuhkan dewasa ini dan dimasa selanjutnya dan mungkin hal ini sangat sulit didapati di tempat lain. Untuk itu saya mengajak saudara-saudara untuk merenungkan hal itu, dan mari kita tingkatkan lagi demi masa depan kita dan demi anak cucu kita dikemudian hari agar mereka tidak kehilangan identitis. Budaya leluhur kita telah terbukti keagungannya sehingga tidak sedikit orang yang mengaguminya. S E K I A N.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
RENUNGAN.
OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.
Mata angin yang kita yakini kebenarannya, kadang-kadang bisa menyesatkan, Timur dalam pikiran namun beda dengan kenyataannya, karena sebenarnya mata angin itu tidak tetap, kadang-kadang Atas bisa jadi Bawah sebab bumi ini bulat. Yang paling tidak menyesatkan adalah: Depan, Belakang, Kiri dan Kanan. Untuk itu pikirkanlah masa depanmu (Depan), berlandaskan pengalaman masa lalu (Belakang) dan di dalam kehidupan sekarang jagalah keseimbangan hidup (Kiri dan Kanan) untuk mencapai tujuan.
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
Mata angin yang kita yakini kebenarannya, kadang-kadang bisa menyesatkan, Timur dalam pikiran namun beda dengan kenyataannya, karena sebenarnya mata angin itu tidak tetap, kadang-kadang Atas bisa jadi Bawah sebab bumi ini bulat. Yang paling tidak menyesatkan adalah: Depan, Belakang, Kiri dan Kanan. Untuk itu pikirkanlah masa depanmu (Depan), berlandaskan pengalaman masa lalu (Belakang) dan di dalam kehidupan sekarang jagalah keseimbangan hidup (Kiri dan Kanan) untuk mencapai tujuan.
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
RENUNGAN
OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.
Seperti biasa, bahkan itu sudah menjadi kebutuhan hidup saya seharian, setiap pagi saya bangun jam 04.oo atau jam 04.30 (WITA). Demikian pula tadi pagi, setelah bangun saya melaksanakan kegiatan rutin saya, yaitu; salah satu MERENUNG. di dalam renungan saya terbayang kalimat seperti ini;
1. Baju ini milikKU (AKU).
Kata Aku disana saya bayangkan diri saya sendiri.
2. Tangan ini milikKu.
Kata aku disana saya bayangkan diri saya.
3. Nafas ini, tubuh ini adalah milikKu.
Yang menjadi pemikiran di dalam saya merenung itu, SIAPAKAH "AKU" di dalam kalimat; "nafas ini, tubuh ini.."?
Itulah yang membayangi pikiran saya setiap hari.
SIAPAKAH SEBENARNYA "AKU" itu yang bisa mengklaim bahwa dia yang memiliki nafas dan tubuh itu?
MARI KITA CARI JAWABANNYA BERSAMA, ATAU KITA RENUNGKAN BERSAMA. SETELAH KITA DAPATI JAWABANNYA, MARI KITA YAKINI KEKUASAANNYA.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM.
OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.
Seperti biasa, bahkan itu sudah menjadi kebutuhan hidup saya seharian, setiap pagi saya bangun jam 04.oo atau jam 04.30 (WITA). Demikian pula tadi pagi, setelah bangun saya melaksanakan kegiatan rutin saya, yaitu; salah satu MERENUNG. di dalam renungan saya terbayang kalimat seperti ini;
1. Baju ini milikKU (AKU).
Kata Aku disana saya bayangkan diri saya sendiri.
2. Tangan ini milikKu.
Kata aku disana saya bayangkan diri saya.
3. Nafas ini, tubuh ini adalah milikKu.
Yang menjadi pemikiran di dalam saya merenung itu, SIAPAKAH "AKU" di dalam kalimat; "nafas ini, tubuh ini.."?
Itulah yang membayangi pikiran saya setiap hari.
SIAPAKAH SEBENARNYA "AKU" itu yang bisa mengklaim bahwa dia yang memiliki nafas dan tubuh itu?
MARI KITA CARI JAWABANNYA BERSAMA, ATAU KITA RENUNGKAN BERSAMA. SETELAH KITA DAPATI JAWABANNYA, MARI KITA YAKINI KEKUASAANNYA.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM.
MUNGKIN SEMUA PERNAH MENGALAMI.
OM SWASTIASTU.
Suatu peristiwa yang sering terjadi pada diri kita, namun jarang yang mengungkapkannya, kenapa bisa begitu??? Pertanyaan seperti inilah yang sering muncul dihati saya, sehingga dengan perasaan yang tidak tau malu terpaksa saya tulis di media ini, dengan harapan dapat masukan dari saudara-saudara saya yang tercinta dan budiman. Sebenarnya persolan yang saya tulis ini merupakan soal yang sangat biasa, dan sudah pasti pernah dialami oleh siapa saja sehingga kelihatannya sangat sepele, namun bagi saya masalah ini sangat berarti. Sebab akibatnya sangat fatal bagi kehidupan kita baik secara rokhani maupun secara jasmani.
Permasalahannya adalah sebagai berikut;
Bila seseorang (mungkin siapa saja), yang sedang mendapat masalah atau sedang menghadapi masalah, perasaan yang paling pertama muncul dipikirannya adalah; MENOLAK, dengan bermacam-macam alasan, atau bermacam-macam tangkisan, bahkan sampai kepada tingkat marah, sedih, menyesal, menunda, atau melempar masalah tersebut kepada pihak lain dan sebagainya. Namun sebaliknya mereka yang sedang mendapatkan sesuatu yang mereka senangi, apakah itu berupa rejeki atau yang lainnya, sangat mengharapkan agar peristiwa itu datang secepatnya kalau toh harus menunggu beberapa hari, mereka ingin memutar matahari itu biar cepat terjadi pergantian hari, agar semuanya bisa cepat didapati, kegirangan dan kebahagiaannya tak dapat ditutupi, meluap-luap.
Mengamati hal seperti itu, maka muncul pertanyaan dihati saya;
APAKAH YANG MENYEBABKAN HAL SEPERTI ITU BISA BAHKAN SERING TERJADI DALM PIKIRAN KITA???
Karena masalah seperti ini pernah terjadi pada diri saya, maka saya ingin sekali mencari jawabannya. Walaupun banyak orang atau banyak ditulis dalam buku nasehat seperti ini; BILA KITA SEDANG MENDAPATKAN KESUSAHAN JANGANLAH TERLALU SEDIH, DAN SEBALIKNYA BILA KITA MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN JANGAN TERLALU GEMBIRA.
Namun setelah saya banyak merenung maka yang mungkin kekurangan saya adalah tidak mampu memahami ajaran Hulum Karma Phala. Sebab setelah kita dapat memahami dan meyakininya akan timbul pikiran mensyukuri apa yang kita dapati, karena semuanya itu adalah hasil dari karma kita sendiri.
Sehingga sekarang saya bertambah yakin dengan ucapan orang bijaksana bahwa; SEKECIL APAPUN KARMA KITA, PASTI AKAN MENDAPATKAN PAHALA. JANGAN DISESALI APA YANG KITA DAPATI, KARENA SEMUA YANG KITA DAPATI ITU ADALAH HASIL DARI KARMA KITA SENDIRI.
Untuk itu marilah kita mulai sekarang belajar berkarma yang nanti bisa mendapatkan hasil yang lebih baik untuk kehidupan dimasa datang dan terimalah semua hasiL karma kita dengan penuh rasa bersyukur. Terima Kasih atas perhatian anda.
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
Komentar
Posting Komentar