Intisari Pemikiran Ida Pedanda Gede Made Gunung 4


Foto: OM SWASTIASTU;

PASRAMAN MENGUNDANG SAUDARA- SAUDARA YANG BERMINAT UNTUK DATANG MENDENGARKAN DHARMA WACANA DAN BISA BERDIALOG LANGSUNG DENGAN NARASUMBER PADA;

HARI/TANGGAL ; JUMAT 7 JUNI 2013.
J A M ; 19.00 (WITA).
T E M P A T ; PASRAMAN YOGADHIPARAMAGUHYA; JL KRESNA 16, BR. TENGAH, BLAHBATUH, GIANYAR.

TIDAK DIPUNGGUT BAYARAN.

BESAR HARAPAN KAMI ANDA BISA HADIR SESUAI UNDANGAN KAMI, TERIMA KASIH.

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM

Om Swastiastu,
Kalau kawaitan secara silsilah geneologis (keturunan) tidak diketahui yang disebabkan keterbatasan sumber ataupun prasasti yang mendukung sehingga asal - usul itu belum diketahui, maka kawitan secara spirit yang bisa dicari. Yaitu dengan memulai dari pura kahyangan jagat, pura besakih (penataran agung) karena pura - pura yang bersifat umum tersebut merupakan kawita milik semua. Jadi tidak ada halangan untuk mendekatkan diri kepada bhatara kawitan walaupun silsilah belum diketahui, karena yang terpenting adalah niat dan rasa bhakti.

Bhakti kepada kawitan tidak hanya sembahyang di pura, dengan berbakti kepada orang tua, menjadi anak yang berguna bagi keluarga dan masyarakat juga merupakan wujud bhakti karena secara tidak langsung kita telah mengharumkan dan membuat bangga para leluhur. Akan beda halnya jika kawitan sudah diketahui namun malas tangkil, ibarat seorang anak yang durhaka dan tidak berbakti kepada orang tua, maka tentulah banyak halangan yang akan ditemui. Om Shanti Shanti Shanti, Om


Om Swastiastu,
Hindu dengan kitab sucinya yang tidak asing lagi disebut Veda, merupakan sebuah wahyu asli dari Tuhan. Sebab sepanjang pengamatan saya dimanapun Veda itu dianut akan terjadi pembentukan pola pikir umatnya akan mengayomi, mengangkat, dan memaknai budaya lokal. Sehingga ajaran tersebut akan menjelma menjadi kesadaran bahwa hidup kita ini harus dilakoni atas kesamaan di atas segala perbedaan. Sehingga tidak percuma Tuhan memberikan kita kemampuan untuk berpikir kalau kita tidak mampu mengelola perbedaan itu menjadi sebuah keindahan.
Hindu adalah agama Weda, dan Weda adalah sebuah wahyu, bukan produk budaya manusia. Ciri Weda adalah wahyu salah satunya adalah Weda itu mampu mengayomi, mengangkat dan memaknai budaya lokal. Wahyu adalah sesuatu yang bisa diterapkan dimana saja dan bisa meresap dan menjalin satu kesatuan dengan budaya, geografis dan masyarakat lokal. Jadi bukan satu budaya untuk kepentingan pelaksanaan Agama itu. Merupakan anggapan yang sangat keliru jika misalnya dikatakan bahwa budaya Bali harus digunakan untuk pelaksanaan Agama Hindu di Indonesia. Agama Hindu bisa dilaksanakan dengan budaya Jawa, Kalimantan, Papua atau budaya mana saja. Walaupun dilaksanakan dengan budaya yang berbeda namun intinya tetap mengacu pada ajaran Weda. Disitulah letak keindahan Hindu. Hal lain adalah agama Hindu sangat menghargai umat manusia dan tidak mengintervensi atau mempengaruhi orang untuk masuk ke agama Hindu. Hal berikutnya yang membuat pedanda bangga adalah Agama Hindu adalah agama yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia untuk memasuki jaman sejarah. Buktinya adalah adanya Tujuh Yupa di kerajaan Kutai yang menjadi bukti sejarah bahwa pada masa itu bangsa Indonesia telah meninggalkan jaman pra-sejarah dengan mulai dikenalnya huruf. Agama Hindu juga pernah mengantarkan bangsa Indonesia kejaman keemasanya dengan berkibarnya Majapahit hingga ke wilayah Malaka. Itu adalah contoh kecil dari berjuta – juta hal mulia dan indah tentang Hindu yang pedanda jumpai di dalam Weda, sehingga pedanda sangat bangga menjadi orang Hindu.

Renungan

Prahu itu adalah dharma sendiri, layer dari prahu itu adalah pikiran manusia, tali layer atau tali pengemudi adalah pengendalian pikiran manusia, angin laut yang deras adalah hawa nafsu kita, air laut adalah artha, nelayan sendiri adalah Sang Hyang Atma, dan pakaian nelayan yang melekat adalah karma wasana kita. Pulau harapan yang akan dituju adalah pulau dari mana asal kita semula, Ida Sang Hyang Widhi.

CERITA SI BURUNG NURI

Om Swastiastu.
Pada kesempatan yang amat baik ini saya ingin berbagi cerita dengan saudara-saudara yang saya amat banggakan. Cerita ini adalah cerita anak-anak, namun menurut saya cerita ini banyak sekali mengandung makna. Tetapi sebelumnya saya minta maaf jika ada diantara saudara yang kurang berkenan atas cerita ini, namun saya tetap menganggap cerita ini merupakan sebuahsarana guna mempererat tali persahabatan. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut;

Ada seekor burung nuri yang amat cantik, bulunya berwarna kuning keemasan di dadanya, hijau kebiru-biruan dipunggungnya, paruhnya berwarna merah sama dengan warna kakinya, matanya merah. Suaranya melengking dan ekornya panjang serupa dengan ekor burung srigunting. Setiap hari burung nuri itu terbang melayang-layang diangkasa sambil bersuara melengking memamerkan bulunya yang amat indah dipandang mata. Banyak orang yang terpikat oleh kecantikan dan keindahannya, ada yang ingin memilikinya, ada pula yang hanya ingin menikmati kecantikannya hanya lewat memandang saja, dan ada pula yang memotretnya. Tidak ada burung nuri secantik itu selain dia, namun ada juga kekurangnya (kejelekannya) burung itu, walaupun dia cantik dipandang mata, tetapi dia sangat senang makan cacing tanah, bahkan sangat rakus bila menyantap cacing tanah. Setiap hari dia terbang berputar putar sambil melihat kebawah mengamati cacing tanah yang sedang keluar dari sarangnya untuk dimakan.

Pada suatu hari, seperti biasa dia terbang melayang-layang sambil mengeluarkan suaranya yang nyaring, lalu dia melihat seekor tikus sedang menarik gerobak penuh berisi cacing tanah, maka si nuri segera menurunkan ketinggian terbangnya pelan-pelan tak ubahnya seperti pesawat terbang yang mau mendarat, akhirnyaya si burung nuri itu bertengger di pinggir gerobak yang ditarik oleh si tikus. Oleh karena si burung nuri tidak tahan nafsu makannya, ingin segera menyantap cacing tanah itu, maka dia bertanya kepada si tikus, begini kata burung nuri; Hai sahabatku tikus mau kemana kau menarik gerobak berisi cacing tanah sebanyak ini. Si tikuspun menjawab dengan santai; Saya hanya ingin berkeliling-keliling saja sambil melihat pemandangan yang indah. Si nuri lagi bertanya; Apa saya boleh membeli beberapa ekor cacing yang kamu bawa ini? Si Tikus menjawab: Maaf sahabatku saya tidak menjualnya. Si nuri; Kalau begitu boleh saya minta satu ekor saja? Si tikus; tidak juga. Si nuri lagi mendesak bertanya; Apa yang harus saya lakukan agar saya dapat satu ekor cacing tanah kamu itu? Si tikus menjawab lagi; Kalau kamu mau cacing tanahku ini hanya boleh ditukar dengan satu batang bulu sayapmu untuk satu ekor. Lalu si nuri menjawab dengan tegas; Yaaaa!!!! benar begitu?, kalu benar gampang kok tidak dari tadi kau bilang seperti itu.

Kemudian si nuri sempat berguman didalam hatinya; " satu batang bulu sayap dicabut, toh nanti akan tumbuh lagi." Lalu dengan tidak berpikir pajang lebar lagi si nuri mencabut satu batang bulu sayapnya, ditukar dengan satu ekor cacing tanah, kemudian si nuri terbang menuju dahan pohon yang rindang untuk menikmati santapan sedap itu. Karena dia kekenyangan lalu dia tidur, di saat tidurnya yang amat lelap si nuri bermimpi tentang enaknya rasa cacing tanah tadi, maka setelah dia bangun perutnya merasa lapar lagi, pikirannya tertuju pada si tikus, lalu dia terbang mencari-cari sitikus untuk nukar bulu sayapnya dengan cacing, singkat cerita bertemu dia denga si tikus, lagi dicabut dua bulu sayapnya kemudian ditukar dengan dua ekor cacing, yang seekor lagi untuk persiapan makan besoknya.

Nah lanjut ceritanya, setelah dua hari kemudian si burung nuri lagi berpikir, agar tidak setiap hari mencari si tikus, akan lebih baik sekalian saja tukar sepuluh bulu sayapku untuk persiapan sepuluh kali makan enak. Lalu si nuri lagi menemui si tikus untuk nukar sepuluh bulu sayapnya, singkat cerita sesudah mendapatkan sepuluh cacing tanah si nuri mencari wadah untuk membawanya, semua cacing tanah dimasukan ke wadah tas plastik, lalu dia terbang, ternyata dia si nuri tidak kuasa terbang karena bulu sayapnya yang berjumlah dua belas kiri kanan telah habis dicabut sendiri untuk nukar cacing tanah. Lalu si nuri minta tolong pada si tikus untuk membantu agar dia bisa terbang, namun si tikus menjawab; itu bukan urusa saya, itu sepenuhnya urusan kamu.

Kemudian si nuri mencoba terbang berkali-kali jatuh, lalu datanglah si kucing lapar, melihat si nuri tidak bisa terbang maka sikucing sangat bahagia mendapt makanan gratis, diterkamlah si nuri dan lajut dimakan oleh si kucing, tamatlah riwayat si nuri yang di bangga-banggakan mati karena ketidak mampuannya mengendalikan nafsunya. keindahan dan kecantikan si nuri berakhir dimulut kucing, atas jasa si tikus. Demikianlah cerita si nuri, mudah-mudahan para pembaca berkenan dan dapat menjadikan hiburan cerita ini.

Om, Santih, Santih, Santih, Om


Renungan

Om Swastiastu,

Memahami arti dari kalimat dibawah ini;
"Hanya manusia diantara makhluk ciptaan Tuhan yang mampu menolong dan mampu menciptakan dirinya sendiri"

Anggapan sementara orang bahwa untuk menolong diri kita sendiri memerlukan bantuan dari orang atau pihak lain, sementara anggapan seperti itu tidak seratus persen begitu. Bahkan kemungkinan itu tidak benar, kalau dilihat dari kaca mata rokhani. Untuk itu janganlah lupa dengat kata-kata mutiara seperti ini; “ Tidak akan ada yang mampu menghentikan seseorang untuk merokok, kalau tidak tumbuh dari kemauan mereka sendiri “. Ada juga kalimat dari yang mulia Mahatma Gandhi; “ jika Ingin merubah dunia ini pasti bisa, dengan cara rubahlah dirimu dahulu”. Pernyataan Beliau ini mengandung makna cukup luas termasuk makna tentang, hanya kita yang mampu merubah atau menolong diri kita sendiri, orang lain tidak mungkin akan bisa. Kalau kita ingin hidup ini damai, harus dimulai dari diri sendiri dahulu menciptakan kedamaian.

Memang hidup ini tujuan pokoknya adalah berkarma yang baik untuk mengimbangi karma kita yang buruk untuk dapat mencapai tujuan hidup yang sejati. Demikianlah hal-hal lain yang menyangkut hidup dimasa yang akan datang. Oleh karena kita meiliki hak yang begitu besar terhadap diri kita, maka janganlah disia-siakan kesempatan hidup ini. Kapan lagi kita akan mendapatkan hak paten seperti itu. Untuk dapat merubah diri kita dalam arti merubah ke arah yang lebih baik dari sekarang, sangat perlu kesadaran dan keyakinan penuh.

"Pulang ke alam sana nanti, berbagai bentuk mata uang dan artha benda yang berlaku di alam ini tidak akan berlaku di alam sana"

Saya mempunyai pengalaman yang sangat berarti untuk menyadarkan diri saya sendiri. Adapun pengalaman tersebut adalah sebagai berikut; Pada tanggal 14 Mei 2011, saya bersama rombongan mengadakan perjalanan suci mendaki gunung Himalaya sampai di Ganggotri. Dalam perjalan tersebut saya dapat memetik ikhmahnya, antara lain, sesampainya saya di Kuala lumpur singgah, perut saya terasa lapar, lalu saya beli roti tawar membayar denga kepingan uang rupiah. Pedagang roti bilang uang saya itu tidak berlaku disana, harus tukar dulu dengan uang ringgit, baru bisa transaksi. Setelah saya tiba di India, saya mau beli air kemasan karena haus, saya bayar dengan rupi tidak bisa, lalu saya bayar dengan ringgit juga tidak bisa, katanya uang saya harus tukar dulu denga rupi, baru bisa transaksi. Setelah saya sampai di tempat menginap saya berpikir, disini rupiah dan ringgit tidak laku, disana rupi dan rupiah tidak laku, lalu kalau saya nanti pulang kealam sana saya harus bawa uang apa? Disitulah pikiran saya sangat sadar, untuk bekal disana yang berlaku adalah karma ( Subha dan asubha karma ). Kalau kita membawa subha karma, kita akan belanja di swalayan yang paling indah dan paling lengkap serta bersih aman damai. Kalau kita membawa asubha karma, kita akan dapat tempat berbelanja yang serba jelek. Untuk itulah sekarang saya menukar harta benda dan uang saya dengan karma selain uang dan harta untuk mencukupi hidup keseharian. Marilah kita membangun tempat penukaran uang dan penukaran hartha benda yang disebut yadnya dalam arti luas dan punia dalam hati mendalam.

"Membeli tiket untuk terbang pulang ke alam sana"

Oleh karena saya sangat senang belajar dari pengalam, maka setiap pengalam yang saya anggap unik dan penting saya hayati sedalam mungkin. Pada suatu hari saya diundang untuk memberi Dharma Wacana ke Jakarta. Pada waktunya saya numpang pesawat terbang ke sana, setibanya saya di Bandara Sukarno Hatta, saya di jemput menggunakan mobil pengawal berisi serina. Setelah selesai member Dharma Wacana, saya balik pulang, saat balik mobil yang mengikuti saya bali ke Bandara bertambah lagi dua sebab pengiringnya nambah lagi. Sesampainya di Bandara kami bersendagurau sambil menunggu keberangkatan. Tiba-tiba ada panggilan dari pengeras suara di bandara suaranya sebagai berikut: “ Perhatian-perhatian bagi para penumpang pesawat Garuda sekian, dengan tujuan Denpasar segera masuk”. Lalu saya masuk, ternyata saya masuk sendirian hanya membawa tiket. Mereka yang mengantar saya tadi hanya bisa melambaikan tangan dari luar dibatasi tembok kaca. Lalu saya terus menuju pesawat, oleh karena tiket saya tiket bisnis klas, maka saya duduk di depan, tempat duduknya lebar dilayani oleh pramugari cantik-cantik. Disitu saya berpikir, nanti jika saatnya saya pulang ke alam sana peristiwanya persis seperti ini. Biar banyak yang mengantar toh juga tidak bisa ikut kesana, tempat kita disana tergantung dari tiket yang kita beli disini. Jika kita membeli tiket bisnis, kita dapat tempat di bisnis, kalau saat hidup kita membeli tiket ekonomi, kita akan dapat tempat di ekonomi. Tempat duduk dan kursi yang kita akan duduki kita tentukan dari sini. Untuk itu hidup ini tak ubahnya bagaikan proses membeli tikat pesawat pulang nanti. Untuk itu marilah kita berlomba membeli tiket Super Bisnis agar kita dapat tempat nyaman nanti pulang ke sana.
Hanya melalui kesadaran kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap Tuhan.
Dengan meningkatnya keyakinan kita akan dapat menikmati hidup damai dan bahagia.
Meningkatnya rasa Bhakti, Cinta dan Kasih. Merupakan awal dari terbukanya pintu sorga.
Agama itu bukan tujuan hidup, dia hanya merupakan jalan hidup menuju tujuan hidup,
Belajar agama jangan berhenti di teori, lanjutkanlah sampai praktik baru kita bisa merasakan nikmatnya rasa agama itu.
Mari kita rubah dunia ini menjadi sorga dengan merubah diri kita dulu dijadikan sorga.

OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM




Sekala dan niskala adalah dua sisi kehidupan yang selalu berdampingan untuk menuntun jalan kehidupan manusia. Tentang mana yang nyata atau tidak nyata sangat tergantung dari sisi mana kita menilainya. Jika dari sudut pandang kemanusiaan, yang dapat dilihat, yang dapat dirasakan maka itulah yang disebut nyata, sebaliknya yang tidak dapat kita lihat dan rasakan disebut tidak nyata. Namun jika dari sisi spiritual dan kerohanian maka yang dapat kita lihat dan rasakan sekarang ini adalah tidak nyata, dan sebaliknya apa yang tidak kita lihat sekarang ini adalah nyata. Ada sebuah kalimat yang terkait dengan alam sekala niskala dari sisi spiritual, "sesungguhnya kehidupan itu adalah kematian, dan sesungguhnya kematian adalah kehidupan" hal ini bermakna bahwa begitu kita lahir maka sang atma sebagai sebuah kesejatian telah mulai "mati" karena seluruh sinar sucinya terbungkus oleh pengaruh maya. Begitu seseorang dikatakan mati, maka sang atma telah kembali kepada "kehidupan" yang tanpa belenggu keterikatan.

Hubungan sekala dan niskala ibarat dua sisi mata uang, satu sisi ada tulisan 1000, sisi lain ada tulisan 1000, namun kedua sisi itu hanya bernilai 1000, bukannya 2000. jadi apa yang kita lakukan di sekala berpengaruh di niskala begitu pula sebaliknya. Di sekala dan juga niskala tidak ada ruang dan waktu, namun manusialah yang membuat adanya batasan ruang dan waktu tersebut.

Begitu pula tentang kesucian, sangat tergantung dari sisi pandang kita. menurut pedanda itu tidak lebih dari sebuah kata. Kesucian itu berada didalam hati dan jiwa kita masing-masing, sehingga sebuah benda yang dikatakan suci tidak lebih karena adanya perjanjian atau kesepakatan diantara kita. Artinya benda atau tempat suci sewaktu-waktu dapat berubah menjadi leteh atau tidak suci, namun kesucian di dalam hati yang paling langgeng.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Kerajaan Bali Kuno

Raja-Raja yang Pernah Berkuasa di Bali

Sejarah dan Makna Tari Topeng Sidakarya